Sudah lama saya mengamati kamar anak-anak dan gemeees… ini kamar butuh sentuhan estetik biar nggak boring. Sentuhan estetik pertama yang dibutuhkan sebenarnya adalah mengecat ulang secara keseluruhan karena most of the wall udah cemong coret-coretan jaman anak-anak masih toddler. Tapi ‘kan itu rencana jangka panjang ya. Untuk ngecat ulang butuh anggaran dan alokasi waktu yang nggak sedikit, in between kerja, sekolah, urus rumah dan anak-anak, dll. Plus, tentunya butuh menyediakan energi ekstra, buat geser-geser barang dan sebagainya. Ya udah, yang gampang dulu dehh.. saya kepingin memasang beberapa dekorasi dinding, selain aesthetically pleasing juga harus ada maknanya. 

Awalnya, saya sempat browsing IG dan marketplace. Sekarang ‘kan banyak tuh yang menjual wall decor estetik dengan harga yang terjangkau. Browsing sampai berbulan-bulan tapi nggak ketemu-ketemu juga sama wall decor yang sreg di hati. Baru tahu saya, ternyata nyari wall decor itu mirip-mirip ya ama nyari jodoh hahahahaha. Anyway, karena dasarnya saya suka utak-atik dan bikin-bikin sesuatu, akhirnya timbul ide untuk buat sendiri. 

Untuk percobaan pertama, saya buat wall decor Ka’bah. Day,  Dil, dan Dza dibiasakan untuk sholat Dhuhur dan Ashar berjamaah dengan Day sebagai imamnya saat weekdays, ketika suami sedang bekerja. Namanya anak cowok yaaa, kadang suka nggak sabar jika harus menunggu Dza ambil wudhu dan mukenanya. Kadang-kadang karena kelamaan, Day dan Dil ninggalin Dza sholat duluan. Akibatnya, Dza mau tidak mau harus sholat sendirian di kamarnya, reluctantly, sambil manyun. Hehehe. Pada suatu hari saya bilang sama Dza, “Dza Dza harus belajar mandiri ya. Sholat memang paling baik berjamaah, tapi kalo kakak sudah duluan, Dza Dza harus mau sholat sendiri di kamar Dza Dza. Nanti kita tempel gambar Ka’bah ya supaya Dza Dza semangat sholatnya.”

Frame untuk wall decor ini saya beli di IKEA. Sekalian beli beberapa frame foto dan seprai. Ehm… ‘kan saya penasaran seprai IKEA kaya yang dipakai artis-artis tuh gimana hahahahaha. Desainnya buat yang simpel dan minimalis aja, dengan nuansa warna kesukaan anak-anak. Pink untuk Dza, serta biru dan hijau for the boys. Harus ada bintang bersinar terang di atas Ka’bah, karena… bintang yang berdzikir adalah makna nama dari Dza. Ada kalimat La Ilaha Illallah saya tuliskan di bawah gambar Ka’bah supaya anak-anak ingat untuk terus berdzikir dan terbiasa untuk mengucapkan kalimat tersebut, entah saat lagi bermain atau mengobrol bertiga instead of nyeletuk pakai bahasa atau kosa kata gaul masa kini. I want my kids to be able to speak coherently and politely.

Ternyata frame IKEA ini dari plastik ya, nggak tebal-tebal amat dan ringan. Pantes aja beauty influencer yang saya lihat, kayanya gampang banget mindah-mindahin dan nempel-nempelin frame ini tanpa paku, cuma bermodal double tape 3M. Baiklah, ketemu sudah solusi memasang hiasan dinding tanpa bolongin dinding. Saya paling anti sama bolongin/ngebor-ngebor dinding buat tempel-tempelin frame. Sayang banget, bikin dinding susah-susah terus dibolongin gituuu. Nanti kalo udah bosan, mau ganti posisi pemasangan, harus bolongin spot baru dan spot lama juga sudah berbekas. 

Selain menambah keindahan kamar, harapan saya dengan adanya hiasan Ka’bah di dinding ini bisa membuat anak-anak untuk semakin semangat sholat 5 waktu, di awal waktu, dan nggak ngebuuuut sholatnya. Aamiin!

Next, saya kepingin menambahkan wall decor kutipan ayat Al-Quran atau hadis yang kira-kira bisa menjadi inspirasi serta pengingat anak-anak untuk menjaga perbuatan dan perkataan sehari-harinya. Masih ada PR juga beberapa frame  di ruang TV yang masih kosong belum saya isi. Mari semangat!