Menjahit Play Dress for Dza

by | May 31, 2021 | I Make Something | 0 comments

 

 

Salah satu kegemaran saya (dan pastinya perempuan lainnya) adalah berdandan: mix and match baju, jilbab, sepatu, hand bag, window shopping di mall, dan buka-buka website vogue.com. Melihat Dza yang dari kecil sudah hobi berdandan dan sudah pintar mix and match saya pun tak heran. Lha wong dulu saat seumuran Dza, saya juga begitu. Jika ditanya, nanti kalau sudah besar cita-cita saya apa, jawaban saya bergantian antara kepingin jadi desainer baju dan editor majalah. Iya, kalau dipikir-pikir no wonder sampai gede gini saya pun mengidolakan Anna Wintour dan Victoria Beckham.

Nggak apa-apa, kalau mau bilang saya vain. The depth of someone’s heart and the wisdom of one’s thought tidak melulu dilihat dari siapa idolanya kok. Hahaha. 

Anyway, setelah Maret lalu saya berkutat dengan percobaan pertama menggunakan mesin jahit untuk bikin cover mesin jahit, kali ini percobaan saya yang kedua adalah menjahit sebuah play dress untuk Dza. Iya, model saya yang centil itu sudah mondar-mandir ngiterin saya selama saya menjahit cover mesin jahit. Mulai dari pegang-pegang bahan, berusaha ngambilin pom-pom dan hiasan (terus berhasil…) sampai mau mencoba cover mesin jahit yang saya buat. Kata Dza sambil memasang ekspresi dramatis,”Aku kira ini rok buat aku!” Hihihi. 

Project ini sebenarnya sudah selesai sejak Maret lalu (atau awal April ya… sebelum puasa pokoknya!) dan sudah dipakai berkali-kali sama Dza namun saya baru sempat menulis tentang ini sekarang. Pikir saya waktu menjahit play dress ini, “Yah mumpung ukurannya kecil, kalo salah jahit nggak rugi-rugi amat bahannya…” Namanya baru pertama kali mencoba, ya ‘kan?

Idenya sendiri adalah… saya ingin membuat dress yang colorful and whimsical. Ruffles adalah aksen yang nantinya ingin saya tambahkan di bagian rok Dza. Pertama, karena saya suka! Kedua, ya biar lucu dan beda aja. Dari dulu saya paling ogah baju dikembarin sama orang lain. Dulu saat masih kerja, karena berseragam, kadang saya suka bikin beda di jilbab, atau di sepatu (Yeah, I knew I broke the rules but……..). Disclaimer: ini sebelum terbitnya brand identity guidelines ya. Semenjak ada guidelines yah bye-bye jilbab warna-warni. 

Kainnya sendiri adalah katun lokal. Niat awalnya beli kain ini adalah untuk latihan menjahit, jadi saya nggak berani beli katun Jepang, biasaaaaa… takut rugi bahan akibat salah jahit. Hehehe. Warnanya pink dengan motif kotak-kotak. Lumayan centil lah! Dulu saat beli kain ini sih maunya latihan menjahit pouch atas tas belanja. Saat itu saya nggak kepikiran untuk latihan dengan menjahit baju untuk Dza, sehingga… panjang kainnya pun terbatas. Sewaktu saya mengukur panjang baju untuk Dza… eng ing eng… yah memang harus disesuaikan saja sih hasil jadinya. Nggak bisa saya buat jadi midi or maxi dress. 

Langkah pertama yang saya lakukan adalah… buka Youtube! Yup, sebelumnya saya sudah pernah cerita jika saya pernah ikut kursus menjahit tapi hanya sebatas teori. Belum sempat praktik, eh liburan sekolah keburu habis. Saat itu saya SMA. Latar belakang lainnya, mungkin karena sering jahit baju ke penjahit dan karena bisnis keluarga Ibu bergerak di bidang konveksi, sehingga saya agak familiar dengan perkainan dan jahit-menjahit. Ada feel-nya sedikit-sedikit gitu lah. Hehehe. Bagaimana cara membuat pola, menggunting kain, mengobras, menggunakan sepatu-sepatu mesin jahit dan lain sebagainya saya dapatkan dari marathon nonton video di Youtube.  Ini nih yang saya suka dari Youtube, orang-orang yang membagikan ilmu dan informasi bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Bukan sekadar pamer kekayaan dan upload konten bombastis namun minim value

Oh ya, belajar dari pengalaman menjahit cover mesin jahit hanya menggunakan satu jenis sepatu jahit… saya memutuskan untuk membeli set sepatu jahit original dari Singer. Tujuannya untuk memudahkan saya belajar menjahit. Bisa sih cari hack-nya di Youtube, untuk menjahit hanya dengan satu sepatu saja but I want to spare my energy buat belajar instead of being stressed about sewing hack!  

Saya membuat pola dress bagian atas (bodi) dengan cara paling mudah: nge-mal kaos Dza yang jatuhnya lumayan longgar. Saya bikin modelnya setali, karena saya masih belum belajar gimana caranya bikin pola lengan. Rumus bikin pola lengan buat saya saat ini masih nggak jauh beda rumitnya seperti rumus Aljabar jaman SMA dulu. Nanti ya, saya mau meluangkan waktu betulan untuk belajar biar nggak nge-mal terus-terusan. Setelah pola dress atas, saya lanjut membuat pola roknya. Untuk membuat ruffles dibutuhkan kain sepanjang kurang lebih dua kali lipat lebar rok. Oke, kain yang ada masih cukup. Hihihi.

How did I sew? Di depan saya mesin jahit, di samping kanan HP yang lagi muterin video Youtube. Pertama, saya pasang retsleting Jepang dulu. Harusnya, retsleting jenis ini adalah retsleting yang nggak kelihatan, tapi namanya newbie, saya nggak tahu jika harus ada kampuhnya juga agar retsleting tak terlihat. Nevertheless, sekarang saya jadi tahu. Selanjutnya, bagian yang menyenangkan buat saya: menjahit ruffles! Hohoho saya gemes banget melihat kain yang berkerut-kerut lucu ini. 

 

Setelah bagian ruffles terjahit, saya mulai menyatukan baju bagian depan serta baju bagian belakang. Kemudian menjahit dan merapikan lengan, serta memasang aksen renda pom-pom di bagian bawah dress. Ini adalah bagian yang bikin gemes banget. Pom-pomnya itu lho, lucu banget. Bisa goyang-goyang ngikutin gerakan saat bajunya dipakai. Hehehe.

 

Part terakhir yang saya kerjakan adalah menjahit bisban leher. Part yang menurut saya paling susah, and I dragged myself a bit towards this part. Padahal ya, di satu sisi sudah penasaran banget pingin baju segera jadi, dan Dza pun sudah bolak-balik tanya, “Mami, kapan bajuku jadi?” 

 

Dua hari kemudian, berhasil juga saya menyelesaikan jahit bisban leher. Sehari untuk nonton Youtube dan mengumpulkan mood, lalu sehari untuk menjahitnya. Hehehe. Setelah jadi, baju langsung saya masukin mesin cuci karena Dza udah ngebet pingin segera pakai bajunya setelah mandi sore. 

Passion…

It lies in all of us. Sleeping… waiting… and though unwanted… unbidden… it will stir… open its jaws, and howl. It speaks to us… guides us. Passion rules us all. And we obey. What other choice do we have? Passion is the source of our finest moments. the joy of love… the clarity of hatred… and the ecstasy of grief. It hurts sometimes more than we can bear. If we could live without passion, maybe we’d know some kind of peace. But we would be hollow. Empty rooms, shuttered and dank. Without passion, we’d truly be dead.- (Angelus, Buffy the Vampire Slayer)

Meski judulnya masih belajar, serta knowledge dan skill saya masih jauh dari bagus, let alone dibilang sempurna, tapi saya senang. 

Eventually saya melakukan sesuatu yang selama ini kepingin saya lakukan dan penasaran banget, gimana sih caranya? Gimana sih rasanya? I felt that passion, of doing something I love and always wanted to do. Ada rasa puas begitu saya berhasil memecahkan rasa penasaran dan menyelesaikan apa yang saya kerjakan ini. 

“Oh, ternyata aku bisa!” 

Kira-kira begitu yang ada di pikiran saya. Selama ini ‘kan keinginan satu ini terpendam bertahun-tahun, memang sih, bukan berarti along the way I didn’t do the things I love and enjoy, tapi ya… ini lho ada satu hal, yang berawal dari cita-cita polos seorang anak kecil, tersimpan di sudut pikiran dan hati selama bertahun-tahun dan tersisihkan kesempatan realisasinya oleh rutinitas dan kesibukan pekerjaan serta rumah tangga. Beda rasanya menyelesaikan sebuah pekerjaan karena rutinitas/kewajiban dengan menyelesaikan sebuah pekerjaan yang memang passionately dikerjakan for the sake of myself! 

That’s why, dari dulu sampai sekarang saya adalah penganut paham I am myself first before someone else’s ….. (wife, Mom, daughter, employee, and so on) dan paling sebel sama komen, “Maklum udah emak-emak berdaster lah…” 

Ya kali… siang pake daster, malam pake lingerie.

Eits, bukan itu… maksud saya, being married does not make a woman forgo her own true self. She’s the one that he fell in love with and decided to get married to ‘kan. Amongst all the routines and obligations, I believe that I must push myself: paksakan diri untuk memiliki me time atau melakukan sesuatu for myself, for my enjoyment, for my personal happiness. It can be a grand thing: like working and have a career, or it could be a small thing like dressing up and wearing make up even though one is at home cooking! 

Wah, jadi ke mana-mana nih bahasannya. Anyway, this topic merit its own post. Sejujurnya, hingga sekarang I am still grasping for a middle ground: how could I be a Mom and be productive as well, from home.

All in all, saya senang akhirnya keturutan cobain menjahit baju. Selanjutnya… ya saya masih belum mau menyerah dong, mau mencoba lagi buat yang lain!

Written by Anty

A CR Girl turned stay at home Mom of 3 kids. Missus Heroine is the place where I share my thoughts and journey adapting into my new roles as well as many other things. Here I am, in a journey of becoming the Heroine I want myself to be.

More From This Category

DIY Wall Decor for Kiddos

DIY Wall Decor for Kiddos

  Sudah lama saya mengamati kamar anak-anak dan gemeees... ini kamar butuh sentuhan estetik biar nggak boring. Sentuhan estetik pertama yang dibutuhkan sebenarnya adalah mengecat ulang secara keseluruhan karena most of the wall udah cemong coret-coretan jaman...

read more
Colors, Ruffles, dan Cita-Cita

Colors, Ruffles, dan Cita-Cita

Hello, my blog. Niat hati saya ingin konsisten update di blog ini, namun apa daya, life happens. Busy at most time, sehingga waktu dan energi untuk menulis sering tak tersisihkan. Yaaaaa walaupun sekarang sudah jauh lebih mending yaaa ketimbang saat masih ngantor...

read more
Choco Cheese Loaf

Choco Cheese Loaf

Ahhh... Monday.The first day of the week that was usually more frantic than enjoyable. It was the first day of school week, meaning I had to get the kids back on study mood after a weekend of TV and games. Usually, that would cost me my mood. On the other side, my...

read more

0 Comments

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Drop me your email and I'll slide into your inbox for updates!