Hello!
This is the second part of my retrospective post on my days as a CR Girl. In my previous post, I already explained what I did within my job title’s scope, a.k.a Customer Relations. Here I’d like to share about the variety of activities that I did, as a CR, that goes beyond the job description.
Oh and the picture of me above, that was a usual sight of me you would’ve seen back then. I know, some laughed at me for willingly doing the extra activities, thus the extra hours.
Some said, “What a pity…”
And some days, I thought about my choices, what it would lead me to, and how it would shape me into…
***
Everyday Relations & Go-To Person
The best way to perform my job as a CR off course through everyday relations. Presentasi dan training memang adalah cara yang terstruktur dan terukur, namun melalui interaksi sehari-hari inilah insight, curahan hati dan pikiran, ide dan masukan bisa terungkap. Dari sini lah saya bisa mendengar dan merasakan adanya tension antara si A dan B, ada ganjalan di benak si C, atau ada gerak-gerik yang nggak biasa dari beberapa orang.
Which brings me to my other role/activity as the Go-To Person.
Idiom yang saya dengar sejak pertama kali masuk ke perusahaan adalah CR itu “Ibunya cabang”, “tempat curhatnya karyawan”, “tempat sampah” (hadeeeuuu), bahkan jadi “wasit” (atau bahkan jadi yang diwasiti saking rumitnya masalah, my stubbornness and idealism hahaha). Peran yang ajaib ini menuntut seorang CR untuk jadi pihak netral. Kalo kata jurnalisme, supaya bisa “cover both sides”.
Mengapa oh mengapa, meski sudah di sebuah perusahaan besar namun jabatan seorang perempuan tetap diasosiasikan sama sesuatu yang sifatnya domestik? #patriarki #oot Oops.. melenceng ya dari topik hahaha. Urusan ini buat bahasan lain kali aja deh. Fokus!
Seorang Ibu, alias ortu perempuan, pada umumnya adalah sosok yang jadi jujugan anak-anaknya kalo ada masalah, menuangkan pikiran dan perasaan, atau butuh bantuan. Setidaknya berdasarkan pengalaman saya sebagai anaknya Ibu, dan sebagai Maminya Day Dil Dza hahaha. Sebagai Ibu yang punya lebih dari satu anak, tentunya harus berusaha se-level headed mungkin dalam mencerna apa yang disampaikan, untuk kemudian mengambil tindakan, diskusi bersama, sampai mengedukasi si anak dengan bahasa dan cara yang mereka pahami.
Begitu pula dengan seorang CR di cabang.
Jika ada pelanggan yang datang atau menghubungi cabang untuk mencari informasi, pastilah seorang CR yang akan menerima pelanggan tersebut. Jika informasi atau bantuan yang dibutuhkan di luar kapasitas saya, dilakukanlah koordinasi dengan rekan-rekan yang terkait. Informasi yang dicari pelanggan pun beragam: menanyakan pengambilan STNK, nomor telepon dan alamat kantor asuransi dan bengkel bodi, cara melakukan booking service dan jadwal servis berkala, patokan arah kalo mau ke cabang, bahkan juga pernah sekadar telepon untuk tanya, “Mbak, jalanan di depannya showroom macet nggak? Saya mau ke sana.” Serius.
Pernah juga ketemu pelanggan yang minta tolong dipesankan taksi, mulai dari taksi konvensional hingga taksi berbasis aplikasi, minta tolong dipesankan makanan karena sedang menunggu servis yang lumayan lama pun pernah. Menjadi tempat penitipan laptop, tas kerja, barang-barang dari mobil pelanggan untuk ditinggal Jumatan atau makan siang di Pakuwon Mall juga pernah lho. Nah, yang berat-berat juga ada, tentunya jadi go-to person untuk pelanggan-pelanggan yang komplain. Hehehe. Banyak kisah keluhan pelanggan yang masih melekat. Pelanggan sudah “berinvestasi” ratusan juta untuk sebuah (bahkan kadang lebih) kendaraan, wajar sih jika berharap untuk mendapatkan produk dan pelayanan yang terbaik. Meski yang aneh-aneh pun banyak.
One of the memorable experiences with customers was when… ada pelanggan paruh baya, seorang ekspat yang baru saja membeli Avanza mendatangi saya. Beliau merasa ada kelengkapan yang tidak diberikan saat penyerahan kendaraan oleh salesperson. Usut punya usut ternyata proses penyerahan kendaraan memang tidak maksimal karena salesperson yang bersangkutan kurang fasih berbahasa Inggris. Komunikasi pun menjadi tidak nyambung. By the way, setelah bertemu si pelanggan ini beberapa kali, saya cuti sakit cukup lama karena tipus. Beberapa hari setelah saya masuk, si pelanggan ekspat beserta keluarganya sedang servis kendaraannya sekaligus mencari saya. “We were here, but we haven’t seen you in a long time. How are you? This one is for you,” kata si Bapak ekspat dan istrinya sambil sodorin brownies sekotak buat saya. Aseeek. On a side note, si Bapak pernah juga bilang, “Wow, your English is good.” Wahahaha. FYI, si Bapak ini sudah puluhan tahun di Indonesia but he refused to speak in Bahasa. Jreng jreng. Jadilah saya berbicara pakai bahasa Inggris terus sama si Bapak ini selama menangani keluhan beliau.
The same thing applied to relationship with fellow branch employees. By default, meja CR adalah meja yang disamperin salesperson ketika kelar briefing pagi. Bisa jadi karena secara layout memang urutannya dari ruang sales di atas, turun ke bawah langsung lihat meja CR (who knows?! hahaha) atau karena meja CR ini ada aura tertentu yang mengundang orang untuk duduk dan curhat. Hweeee. *pura-pura ga denger* Ada masa-masa di mana kuingin cuek saja, tak usah mengurusi yang aneh-aneh, tapi apa mau dikata, ya emang job desc kerjaan untuk urusin orang, gimana dong!
Seorang CR is her fellow employees’ coworker. Rekan-rekan karyawan mengkomunikasikan buah pikiran dan perasaannya seputar: pekerjaan yang dilakukan, kendalanya apa, harapan ke depannya bagaimana, dalam lini kerjanya apakah ada rekan karyawan lain yang mempengaruhi kinerja si karyawan ini (baik secara positif ataupun negatif). Nggak melulu datang untuk mengadu, banyak juga rekan-rekan yang datang untuk berbagi ide. Biasanya, yang banyak idenya ini adalah dari rekan-rekan aftersales alias bagian servis.
Pemetaan saya ya… jika diibaratkan bangun datar, salesperson adalah lingkaran. Bulet, gampang ngglundung, mencerminkan lingkungan kerja mereka yang berhadapan dengan pelanggan dan menuntut mereka untuk fleksibel. Men of action, tapi kalo dikasih teori yang njelimet langsung berkunang-kunang. Hehehe. Lain halnya dengan rekan-rekan dari aftersales. Lini kerja mereka berhubungan dengan hal-hal teknis, sesuatu yang eksakta: perbaikan dan perawatan mobil, semuanya harus presisi karena salah sedikit saja resikonya berhubungan dengan keselamatan. Otomatis, tercermin pula di pembawaan mereka yang cenderung kaku kalo sudah punya mau atau prinsip. Kalo bangun datar, yaaa macam persegi, trapesium, jajaran genjang, segidelapan dan segi-segi lain yang banyak sudutnya alias susah digelindingin. Justru dari karakteristik inilah rekan-rekan aftersales bisa mencetuskan ide-ide inovasi, yang lengkap dengan pemaparan yang sistematis, impelementasi, hingga analisisnya.
Apa yang disampaikan ke saya, I noted it. All kinds of problems, dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang terkait. Baik itu keluhan pelanggan, ataupun uneg-uneg karyawan. Siapa aja pihak terkait? Well, tergantung case-nya seperti apa sih, tapi mostly ya Kacab, Kabeng, Supervisor, dan IKA. Terkadang peran seniors yang merupakan opinion leader juga dilibatkan to help making a smooth resolution.
Playing the role as a neutral go-to person required a thick skin. Thick skin dalam menghadapi pelanggan komplain sih sebatas hal teknis ya, and I always noted in my mind bahwa emosi amarah dari pelanggan bukan ditujukan kepada saya pribadi. People needed to vent their emotion (anger, disappointment, etc) and I was just happened to be in front of them. Once or twice, I slipped dan ikutan sebel gara-gara diomelin pelanggan but it was a learning curve for me then.
Berbeda cerita when it comes to relationships among employees. Personal sentiments (sometimes toward me!) were dragged into the rut. Maintaning not just a good composure but also a level-head is needed, supaya nggak terseret dan kebingungan sendiri memilah, mana data, mana yang luapan emosi. During my years there, I tried to steer clear of employees gossiping. To my point of view, my job as a CR urged me to be a neutral: saya ada di tengah-tengah employees dan perusahaan (manajemen). I had one foot on employees side, and one foot on the company’s side. Nampak terlalu asyik dan dekat dengan salah satu pihak tentunya bisa disalah artikan. Been there, done that. Haha. If I could be honest, back then (because of my position) I didn’t know who to trust and to befriend with. I felt that people built their relation with me while also brought their own agenda. At least I was lucky enough to had supporting Branch Managers whom I could confine to, and learn from while also patient enough to bear with my antics.
Menurut saya, hal yang paling menantang dalam hal komunikasi tiga arah ini (CR, employees, company/management) adalah membahasakan persepsi dan kebijakan manajemen ke karyawan. Tidak semua pertimbangan dan detail kebijakan perlu disampaikan ke level staf, but on the other side, those being unspoken bisa menimbulkan kasak-kusuk dan persepsi sendiri di antara employees. How I delivered that was the challenge for me. Kesel banget karena sudah menjelaskan dengan bahasa sesimple mungkin tapi tetap dieyelin juga pernah sih. Cuma bisa ngelus dada sambil nyedot J*nji J*wa aja sih kala itu. Minuman yang paling sering saja gojekin buat ademin kepala di kantor. Hahaha.
***
Support System & (acting) Secretary
Menurut urban legend, semua kerjaan di cabang yang nggak ada job description-nya adalah kerjaan CR. Ih kesel dengernya. Yang lain ongkang-ongkang kaki kerjaannya udah beres, saya masih ruwet sendiri. Siapin dokumen dan data untuk audit departemen sales, training sales yang mau maju kontes, siapin properti mulai dari flyers sampai urusan beli, pinjam, ambil tenda di vendor ataupun rekan udah pernah saya lakukan. Jadi “sekretaris” buat Kacab atau Kabeng: terima pesan, tamu, kiriman, dll sampai dibilang Mbak Resepsionis juga pernah. Often time, I worked late. Jam 7-9 malam masih di kantor bersama Security dan Safii asisten handal sudah sering saya jabanin. Udah di jalan pulang jam 10 malem balik lagi ke kantor juga pernah.
Hari Minggu masuk kantor cuma buat bantuin beresin dokumen? Pernaaah. Pun sesekali terlintas di benak saya, tega amat sih orang-orang ini pulang dengan santainya nggak bantuin atau minimal basa-basi nanya progress-nya sampai mana. Being a support system and sometimes “secretary” was fine, my only pet peeves were when people whom I worked with deliberately mentioned me as “Customer Service” and teased me, “Pulang Ti, kapan dapat jodohnya kalo pulang malem terus!” Seriously, people?
When I look back now, ya hal-hal ini adalah bagian dari pengalaman yang menjadikan saya lebih wise dan tough dalam menyelesaikan masalah, juga lebih galak sih ahahaha. I was a woman in a man’s world (sometimes) doing a man’s job lho. Not just merely doing my own job.
***
Marketing Communications and Events
Now we have reached the most exciting part of the job! Which is… not my job description!
Tidak ada dedicated department/PIC on this area at a branch level. By default, peran ini diletakkan pada sosok CR. Mungkin karena judulnya “communications” ya. Communications build relationships. Semua yang dikomunikasikan ke publik, akan mempengaruhi terbentuknya hubungan dengan pelanggan dan tentunya bagaimana kualitas hubungan tersebut.
Di area sales maupun aftersales ada program yang dibuat setiap bulannya. Tujuan dari program-program tersebut untuk membangun awareness pelanggan tentang cabang dan layanannya, serta meningkatkan penjualan dan pelanggan servis. Ada program yang memang sentral dirancang dari pusat, ada juga program yang dikembangkan sendiri di cabang menyesuaikan dengan kondisi cabang dan juga pasarnya.
Nah, tidak hanya isi programnya saja yang dibuat menarik, namun penampilannya pun dibuat menarik untuk menangkap perhatian pelanggan serta menggerakkan pelanggan untuk mencari tahu lebih lanjut. Ada banyak rencana program dan desain yang dibuat, some were executed and some remained a plan, seperti contoh di bawah ini!
Selain program untuk pelanggan, ada juga program-program ataupun sosialisasi yang ditujukan untuk sesama karyawan. Nah, agar menarik, lekat di ingatan, serta diimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari, dibuatlah visualisasi. Contohnya tentang campaign “Nilai 10”, sebuah campaign untuk mendorong pelanggan yang puas dengan layanan cabang agar tidak segan-segan memberi nilai 10 dalam survey. Sebelumnya, skala penilaian survey hanya berkisar di angka 1 sampai 3. Sekitar 2016/2017 (CMIIW ya!) skala nilai ini berubah menjadi 1 sampai 10. Jelas, angka 3 yang dulunya bagus, dengan skala nilai yang baru ini bakal menjadi angka yang jelek dong. Oleh karena itu dibutuhkan yang namanya sosialisasi: agar karyawan dan pelanggan sama-sama paham ingat, dan aware… jika puas, berilah nilai 10, jangan angka yang lain! Hehehe. As I recalled, cabang saya termasuk yang pertama deh buat campaign Nilai 10 ini.
Waktu itu stiker campaign Nilai 10 saya tempelkan di agenda saya dan saat meeting bersama CR Jatim, ada yang nyeletuk, “Lho Anty sudah buat lho…”
Hehehe.
Satu hal lagi yang membuat campaign Nilai 10 ini penting, adalah nature-nya orang Indonesia, khususnya orang Jawa ya (CMIIW), ada yang namanya budaya sungkan. Nggak enak kalo mau ngomong, entah itu bicara tentang keluhan atau apresiasi. Beberapa pelanggan yang pernah saya wawancara pun menjawab sendiri, “Saya puas Mbak dengan layanan dari sales A, tapi kalo saya beri nilai 10 kok gimana ya. ‘Kan 10 itu sempurna, nah yang paling sempurna ‘kan Tuhan ya… hehehe.” Visualisasi campaign ini diletakkan di beberapa area pelanggan: toilet, lounge, pintu masuk showroom, juga kasir serta di area sales dan Service Advisor, agar mereka ingat untuk meminta feedback pelayanan dari pelanggan. Ada pula stiker yang ditempel di buku service pelanggan yang membeli kendaraan baru, agar saat penyerahan kendaraan, salesperson yang bersangkutan tidak lupa untuk memberikan pelayanan terbaiknya.
Untuk menemani campaign “Nilai 10” ini, dibuat juga reminder day to day activity buat salesperson dan Service Advisor. Harapannya, visualisasi reminder ini bisa menjaga agar salesperson maupun Service Advisor tetap menjaga kualitas layanannya meskipun sedang banyak-banyaknya load pekerjaan/pelanggan yang harus ditangani.
Sedari awal berdirinya cabang tempat saya bekerja, to my request, I had my own graphic designer who supported me in creating the marketing communication tools for the branch. Selama setahun saya training di beberapa cabang, saya mempelajari bahwa ternyata selama ini brosur dan desain-desain marcomm tools lainnya dibuat sendiri-sendiri, dengan desain yang berbeda-beda. Saat itu memang belum ada brand identity guidelines resmi yang menginformasikan standarisasi desain marcomm tools perusahaan. Nevertheless, I wanted the marcomm tools to be profesionally designed dengan menggunakan corporate color, penempatan logo dan styling seperti marcomm tools yang dibuat oleh head office langsung. That’s why I asked my then Branch Manager to employ our own graphic designer. Tahu standar desainnya seperti apa? ‘Kan saat itu belum ada guidelines resmi? Yup, memang belum ada, oleh karena itu, saya belajar dengan mengamati desain-desain program yang dirilis resmi oleh head office, standar mereka seperti apa, lalu saya implementasikan pada desain yang dibuat oleh cabang.
Dalam mempersiapkan tools untuk sebuah event atau program, ada beberapa hal yang saya lakukan. Pertama, saya stand by kan desainer dan vendor as soon as I got the tip of an event to be held, made sure that they were available by the time I needed them. Saya buat tema, draft desain dan copy-nya, lalu desainer akan menuangkannya secara visual. Setelah desain jadi, I would arrange our vendor to produce the marcomm tools, mulai dari flyer, brosur, banner, sampai merchandise dan booth untuk mobile exhibition serta untuk online communications: materi-materi untuk di-upload di medsos dan Google. Selain untuk upload di feeds dan story, tentunya juga untuk di-upload sebagai iklan, yang nantinya menjaring leads atau kontak pelanggan untuk di-follow up lebih lanjut. Promo-promo yang dilakukan secara online ini kemudian dianalisa untuk mengetahui hasilnya, juga program dan cara promo seperti apa yang lebih efektif menjaring pelanggan.
Another thing that was part of my activities was event organizing. I had my taste of event organizing back in university and I fell in love with it ever since. Ada beragam kegiatan di cabang, baik yang berhubungan dengan pelanggan ataupun kegiatan internal karyawan. Event yang berhubungan dengan pelanggan berupa showroom event/weekend sale, mobile exhibition, jadi sponsor sekaligus unit sweeper untuk sebuah event touring radio juga pernah, press con sekaligus starting point untuk launching New Calya dan touring-nya, event community dari TAM yang bertempat di cabang kami, dll. Acara-acara internal karyawan sendiri berupa employee focus, buka puasa bersama, upacara sekaligus lomba 17-an, bikin konsep dan syuting untuk komitmen budaya perusahaan dan semacamnya (klik di sini dan di sini untuk videonya ya!), buka puasa bersama sekaligus upacara HUT Astra yang dihadiri perwakilan Astra Group se-Surabaya, acara tahunan family day serta employee day, event ulang tahun cabang bersama karyawan dan pelanggan, dan lain-lain.
Penyelenggaraannya tentu by default jatuh ke CR, meski juga di-support oleh PGA untuk logistik dan beberapa hal teknisnya. What made the event organizing at the branch was special adalah karena “persamaan nasib” mempertemukan saya dengan tiga rekan yaitu, Andis dan Ary dari sales, serta Haryono dari PGA sekaligus admin. Yup, I am not kidding when I say “persamaan nasib”. Haryono anak band, Andis dan Ary di perusahaan sebelumnya bergerak di bidang penjualan yang menggunakan format presentasi dan entertainment audiens besar dalam bekerjanya. Di pekerjaan saya sebelumnya saya berada di bidang branding dan desain, serta dibekali latar belakang event di perkuliahan dan internship di bidang kreatif sebuah TV swasta nasional. I guessed our little knowledge combined was the right combo, karena semenjak ada kami berempat jika ada event di cabang, by default kami yang ditunjuk jadi EO-nya, sampai kami punya grup Whatsapp sendiri yang diberi nama EO Team Wiyungers. Hahaha. And off course… we were proud to take our hardworks’ credit!
Di area Surabaya sendiri terdapat 9 cabang Auto2000 (Basuki Rahmat, Waru, Pecindilan, A. Yani, Jemursari, Kertajaya, Kenjeran, Wiyung, dan Manyar Gresik) yang merupakan bagian dari area Jawa Timur. Biasanya disebut “wilayah”. Di level wilayah sendiri cukup banyak kegiatan yang diadakan untuk menunjang penjualan. Biasanya kegiatan ini dalam bentuk exhibition/expo serta gathering di mall, hotel, atau venue lainnya. Ada juga bentuk-bentuk acara lainnya baik yang berhubungan dengan eksternal (pelanggan dan jurnalis) maupun internal perusahaan, seperti event HUT Astra, pisah sambut pejabat wilayah, press conference dan touring, launching event, dan lain-lain. Penyelenggara event wilayah adalah panitia gabungan yang ditunjuk dari beberapa cabang. Saya ingat, tiap kali gathering, salesperson di cabang saya suka banget nyeletuk, “Kenapa sih Ty, kalo ada acara wilayah, Wiyung lagi… Wiyung lagi…”
Jika dirunut ke belakang, asal mula keterlibatan cabang Wiyung di event wilayah adalah saat sebuah expo di bulan Ramadhan yang diadakan di CITO Mall. Saat itu 2013, seingat saya pertama kali diinfo oleh Kacab saya waktu itu untuk desain dan produksi flyer sekian rim untuk disebar, dengan deadline mepet tentunya! Haha. Terus Kacab saya tanya, “Bisa nggak, buat undian bentuknya ketupat?… Coba carikan fishbowl yang besar ya terus buat ini buat itu bla bla bla…” I still remember, saat itu pesan ketupat-ketupat mini dalam 2 hari di Taman Kado, toko yang menjual pernak-pernik kado dan seserahan manten. By phone saya ngejarin Mbak-Mbaknya sambil mengutus Safii untuk stand by di sana nungguin ketupat saya jadi. Minta tolong Mas Yus untuk ke pasar ikan beli dua fishbowl raksasa terus keliling Pakuwon dan sekitarnya buat beli styrofoam bulat-bulat sebagai isian fishbowl. Fishbowlnya cuma 90ribu, styrofoam-nya 300ribu sendiri! Sejak itu lah saya selalu bilang ke rekan-rekan sales atau PIC lainnya yang bantuin bawa fishbowl saat event, “Hati-hati yaaa jangan sampai tumpah isian fishbowl-nya! Mahal tuu!” Hihihi. Maklum ya, dulu belum terlalu booming marketplace jadi untuk beli ini dan itu bener-bener harus berangkat in person dan puter-puter buat menemukan yang dicari.
This event was the one thing that lead me to other regional events. Mulai dari desain dan produksi undangan gathering, material promosi seperti flyer, brosur, banner, baliho, iklan koran, presscon dan touring, ikutan jadi panitia HUT Astra, bikin video TVC untuk expo, material promo online, bikin dummy hadiah, kadang-kadang ketiban jadi admin dan rekapin data pelanggan untuk undian, jadi PIC properti acara, usher, operator, juga sekaligus petugas registrasi. Di mana ada acara, di sana ada saya. Kenapa begitu? Seorang CR itu “anaknya Kacab”, dalam konteks ini, jika Kacab saya banyak memegang peranan dalam event wilayah, otomatis saya pasti terlibat, dan saya yakin juga karena I had a set of unique skill and certain background yang membuat saya cukup mampu untuk mengerjakan apa yang ditugaskan ke saya: desain dan produksi material promosi, hunting merchandise, me-manage desainer dan vendor supaya bisa bekerja dengan tenggat waktu super mepet tapi hasilnya sempurna, editing TVC videos, cari ide kreatif, dan lain-lain. Ada beberapa event wilayah yang pernah saya ikutin sendiri, tanpa Kacab saya sebagai bagian dari panitianya. Meski demikian, tetap dong, I had my boss’ blessing sebelum kecemplung event tersebut. Ijin dulu sama Bapak sendiri!
Banyak pengalaman berkesan saya lalui saat terlibat persiapan event wilayah. Beberapa di antaranya, yaitu:
- Planning presscon dan touring New Calya dalam waktu 2-3 hari kerja, sekaligus mempersiapkan showroom agar jadi ruang presscon. Saat itu adalah masa-masa awal saya bawa mobil sendiri, kaca mobil belum dipasangin kaca film alias masih seperti akuarium. Kantor saya di Surabaya Barat banget, I went home at 12.00 a.m., only to be back there again at 06.00!
- Pernah juga diinfo mendadak untuk support GIIAS (lupa tahun berapa hehehe), siapin material promosi sekaligus merchandise. Butuh merchandise banyak, waktunya mepet, supaya keburu, saya ikutan vendor hunting supplier merchandise. Setelah dapat merchandisenya, baru saya minta si vendor buat beresin. Pernah juga, balik kantor malam gara-gara janjian ketemuan sama vendor untuk lihat langsung contoh merchandise untuk media. Janjian di luar kantor, malam hari, just to make sure merchandise yang disediakan oleh vendor benar-benar bagus. Kacab saya waktu itu nanya, “Kamu nggak pulang?” Jawab saya, “Nggak Pak, nanti jam 19.00 ketemuan sama vendor X di Y mau lihat merchandisenya langsung.” “Oh ya sudah, pastikan bagus bener ya.”
- Pernah suatu ketika, cabang Probolinggo sedang persiapan grand opening. Kacab saya kala itu cukup dekat dengan calon Kacab cabang bersangkutan. Out of the blue, pagi-pagi saya digeret, “Mbak, ayo ikut saya. Kita ke Probolinggo ya. Kita bantuin teman saya nih yang mau grand opening cabangnya.” FYI, Kacab saya ini baru datang dari Jakarta, nggak tahu rute Surabaya-Probolinggo. Saat H-1 grand opening cabang tersebut, saya di Surabaya masih wara-wiri beresin (seingat saya) suvenir VIP dan printilan-printilan lainnya sampai malam di cabang. Dijemput driver cabang Probolinggo malam-malam di kantor, untuk mampir ke cabang Kertajaya untuk ambil keperluan yang harus dibawa malam itu juga ke Probolinggo. Jam 12.00 malam baru sampai rumah diantar oleh driver tersebut, setelah itu yang bersangkutan langsung berangkat ke Probolinggo. Esok harinya, jam 07.00 saya sudah berkumpul di cabang A. Yani bareng rekan-rekan CR Surabaya untuk berangkat sama-sama ke Probolinggo.
- Setelah sekian tahun jadi insan Astra dan nggak pernah sekalipun datang ke upacara atau event AFFCO (semacam OSIS-nya perusahaan-perusahaan di bawah naungan grup Astra) akhirnya saya terlibat juga. Ketua AFFCO saat itu adalah Kacab HRM. Nah, acara-acara AFFCO biasanya diadakan di cabang yang dikepalai oleh Ketua AFFCO. Berhubung HRM ini cabang yang lahannya kecil, maka lokasi acara digeser ke cabang Wiyung yang sama-sama di Surabaya Barat namun dengan lahan parkir yang jauh lebih luas. Besarnya lahan parkir ini bisa digunakan untuk menampung kendaraan para peserta upacara dari grup Astra. Ada dua event yang pernah diadakan di cabang Wiyung. Pertama, upacara peringatan HUT Astra. Upacaranya sore hari, para peserta dari jauh-jauh hari sudah diingatkan via grup Whatsapp untuk berangkat 1-2 jam lebih awal karena rute ke arah cabang Wiyung selalu macet dan mayoritas peserta upacara tidak pernah/jarang ke area Barat. Nggak hanya upacara, tapi sekaligus syuting video peringatan HUT yang lalu dilanjut dengan ramah tamah. Kedua, buka puasa bersama yang dilanjutkan dengan Technical Meeting pekan olah raga grup Astra. Kalo kata EO Team Wiyungers niiih, di Wiyung ini EO ada, MC ada, anak band ada, sound lengkap ada, stage ada, tinggal kapan gituuu mau dikomersialkan. Sayangnya tiap kali kami nyeletuk begini, rasanya yang lain pura-pura nggak dengar. Hehehe…
- Saat cabang baru buka, pernah ngotot ke Kacab saya yang pertama supaya cabang Wiyung dijadikan tempat untuk presscon Avanzanation. Alasannya: cabang baru butuh publikasi, cabang memiliki lahan parkir luas yang pastinya cukup untuk menampung kendaraan peserta presscon dan touring untuk parkir. Kedua alasan ini lalu saya tutup dengan argumen, “Pak, kalo semua event dikasih ke CR senior buat handle, terus kapan CR yang baru bisa punya jam terbang, mengasah skill-nya buat event, networking, nggak ada regenerasinya juga ‘kan kalo begitu…” I was a hot blooded fresh grad back then, ngotot mau pembuktian agar nggak dianggap dan diperlakukan sebagai “anak bawang”. Eventually, I didn’t regret it. Saya melihat kesempatan untuk diferensiasi dari CR-CR yang lain, yaitu di area event management dan creative ideas. Jujur saja, jika hanya full mengerjakan CR job descriptions pasti saya bosan bukan kepalang dan saya bakal jadi biasa saja. Meanwhile, I like being stand out in the crowd.
***
1 Februari 2021, tepat satu tahun saya mengundurkan diri.
Tujuh tahun lebih bukanlah waktu yang singkat. Banyak cerita, pengalaman yang saya lalui selagi saya melalui proses pendewasaan diri, dari hot blooded fresh grad menjadi… hopefully a much better and more mature person.
Rupanya satu tahun adalah waktu yang saya butuhkan untuk mengambil jarak: dari bagian kehidupan saya selama di perusahaan, lebih bisa melihat dengan jelas apa yang telah saya kerjakan dan pelajari. This, is my side of the story. Masih banyak pengalaman sebagai CR yang ingin saya bagikan. Pelan-pelan ya, nanti di-post satu-satu… sebagai kenang-kenangan, bahan belajar, and also as something to look back to fondly and to smile at.
Memento: an object kept as a reminder or souvenir of a person or event.
I tried to comprise 7 years of activities into two posts and for that, I’d like to thank you for staying with me!
On my next post, I’d like to share about the insights I gained and how I navigated my mindset to get me through the days as a CR. Last but not the least, I hope, when my kids read this and my next post, mereka juga bisa belajar dari pengalaman Mami, that it takes hardwork, perseverance, and resourcefulness to keep yourself afloat in the sea of adult life. It doesn’t matter if you’re a guy or a girl. I really hope that my kids will not be entitled kids yang malas dan mudah merengek, mengeluh, putus asa jika berhadapan dengan kesulitan.
0 Comments