If people think that spending Ramadhan at home is easy and boring… they get it wrong. Here I am, running like a clockwork. Nevertheless, spending Ramadhan at home is rewarding and joyful at its best.

Berada di rumah dengan 3 anak kecil tidak kalah sibuknya seperti bekerja di kantor. Harus terus menerus putar otak, negosiasi, juga manajemen waktu, tenaga, dan emosi. Dibandingkan hari-hari biasa, bagi saya di rumah saat Ramadhan harus lebih jeli lagi mengatur waktu dan ragam aktivitas. Lelah? Sudah pasti, namun jika harus memilih, lebih enak menjalani Ramadhan di rumah saja!

I only have 24 hours a day, with even more limited energy. Tantangannya adalah menyelesaikan semua aktivitas tanpa meninggalkan kewajiban terhadap Allah. Ramadhan kali ini, itulah goal yang ingin saya capai. Apalagi kalau mengingat 7 tahunan ke belakang, Ramadhan seolah terlewat begitu saja tanpa usaha ibadah yang maksimal karena saya sibuk bekerja. Hehehe. Memang ya, semua itu ada waktunya!

Do I regret the past 7 years? Nope. Kalau kata Charles Dickens, “It was the best of time, it was the worst of time.” Well, it was the necessary experience for me to learn and reflect later. Sudah qadarullah gitu lho.

Merefleksikan diri dari pengalaman Ramadhan tahun-tahun sebelum ini adalah langkah awal yang saya lakukan. Itupun kejadiannya tidak disengaja sih hehehe. Hal-hal yang belum maksimal saya lakukan ataupun belum berhasil saya capai, akan saya usahakan untuk bisa tercapai di tahun ini InsyaAllah. Kedua, berniat dalam hati dengan sungguh-sungguh. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, jadi malu sendiri ‘kan sudah bikin niat kalau tidak dilaksanakan. Bagi saya, niat yang kuat adalah tenaga tersendiri untuk mencapai goals yang saya inginkan.

Pada Ramadhan kali ini, saya ingin khattam Al-Quran dengan sesungguhnya. Maksudnya bagaimana tuh… Maksud saya, tidak sekadar terburu-buru membaca hingga habis, namun saya membaca pelan-pelan, banyak berhenti untuk memahami arti dari ayat-ayat dari tiap surat yang saya baca. Saya ingin menjadi lebih calm dan sabar (apalagi kalau tiba-tiba melihat rumah berantakan atau anak lebam-lebam karena terlalu heboh bermain! Hihihi) serta hidup lebih balanced dan salah satu caranya adalah dengan banyak-banyak membaca Al-Quran dan artinya. Menyadari kalau saya sebagai manusia can only do so much and that I must rely on Allah for the rest… Saya juga ingin anak-anak menjalani Ramadhannya dengan bermanfaat, tidak hanya sibuk sekolah, mengerjakan tugas, bermain, dan tidur saja.

How will I achieve those goals? By making the necessary time for it.

Mengatur agar sholat di awal waktu yang kemudian dilanjutkan dengan mengaji, paling sedikit 30 menit. Mengalokasikan waktu untuk cukup istirahat dan guilty pleasure (ehmmm… channel Youtube favorit saya selain Vogue dan resep masakan adalah those vlogs about Indonesians living in Germany/western Europe hehehe) untuk melepas penat. Penat usai, saya siap untuk aktivitas lainnya yaitu membaca buku Islami dan bikin summary dari apa yang saya baca. Selanjutnya, materi ini saya terjemahkan dengan bahasa dan penyampaian yang mudah dipahami oleh Day, Dil, dan Dza. Begitu juga dengan menonton kajian online dan mengikutkan Dza (si kecil yang keburu kena pandemi sebelum sempat merasakan field trip dan aneka ria ekskul di SD) dalam pesantren online.

Bagi saya, Ramadhan di rumah saja akan lebih baik dibandingkan jika saya menghabiskan Ramadhan di luar rumah. Panik karena rush hour keburu-buru ingin segera sampai rumah untuk berbuka dengan keluarga, plus I hate the experience of berdesakan dan mengantri di mushola mall ataupun tempat bukber ketika maghrib tiba. Ramadhan di rumah aja really is joyful and rewarding!