You know that thing when you see someone cute and he smiles and your heart kind of goes like warm butter sliding down hot toast? Well that’s what it’s like when I see a store. Only it’s better.
(Rebecca Bloomwood – Confession of a Shopaholic)
Di atas merupakan sebuah penggalan dialog yang disampaikan oleh Rebecca Bloomwood, tokoh utama dari film Confessions of a Shopaholic. Film ini merupakan adaptasi dari serial novel bergenre chicklit dengan judul sama yang dirilis 2009 lalu. Satu-satunya novel chicklit yang saya istiqomah ikuti serinya sampai berjilid-jilid. Novel dan film berjudul sama ini mengisahkan tentang Rebecca Bloomwood dan hobinya berbelanja. Saking hobinya, si Rebecca ini sampai terlilit aneka hutang kartu kredit dan harus mencari jalan keluarnya. Meski hobinya memiliki downside, bagi Rebecca berbelanja adalah sebuah kegiatan yang comforting and exciting. One thing I can relate!
Level kecintaan saya sama berbelanja masih sebatas wajar kok, tidak sampai kecanduan seperti si Rebecca ini. Meski demikian, saya tak memungkiri jika berbelanja itu menyenangkan. If someone ask me, which one do I choose, offline or online shopping… I can’t really pick one. It’s like asking a mother to pick her favorite child!
I was born and raised in Surabaya. As I grew up, tempat yang menarik untuk refreshing saat weekend ya cuma mall! Nge-mall jadi kegiatan rutin kami sekeluarga. Fasilitas umum seperti taman bermain kualitasnya kurang baik dan tidak bersih juga. Ada pantai Kenjeran, tapi yaaa begitu deh. Jangan dibayangkan seperti pantai-pantai di Bali. Cuaca Surabaya yang konon kata saudara-saudara saya dari Ibukota lebih panas dari Jakarta semakin bikin ogah lama-lama di outdoor. Kebiasaan nge-mall pun tertanam sejak kecil.
Jarak antara kantor dan mall yang cuma 10 menit bikin saya makin betah nge-mall sepulang kantor. Strolling around the mall alone was a calming thing for me. Bisa lihat-lihat dan bebas, karena saya sendirian. Tidak harus menyesuaikan jadwal dan keinginan orang lain. Hehehe.
Offline Shopping
Berbelanja secara offline alias langsung di mall/toko maupun online dilakukan sesuai kebutuhan. Masing-masing opsi memiliki kelebihan dan kekurangannya menurut saya. Berbelanja secara offline menguntungkan karena saya bisa melihat dan memegang barang-barang secara langsung. Kualitasnya bisa kelihatan langsung. Barang-barang yang masih saya beli secara offline adalah jeans dan sepatu. Kedua items yang saya lebih sreg jika dilihat dan dicoba secara langsung instead of mencocokkan ukuran pakai size chart dan metode ukur sendiri di rumah. Tak hanya ukuran, tapi juga untuk merasakan enak tidaknya kedua items tersebut saat digunakan. Selain jeans dan sepatu, hal yang masih saya beli secara offline adalah groceries! Di sekitar rumah saya ada supermarket milik perorangan yang koleksinya cukup lengkap dengan harga yang relatif murah dibanding supermarket jaringan. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga mingguan/bulanan dengan mudah saya lakukan di sana. Dekat, murah, dan tidak ramai!
One thing I enjoy from shopping at a mall is the opportunity to see the window display. Yup, ragam desain window display yang cantik-cantik sungguh pleasing for my eyes. Berbelanja secara offline apalagi di mall, adalah kesempatan saya untuk berdandan dan refreshing! Hiyaaa sejak jadi stay at home Mom, apalagi di masa pandemi begini, jujur saja sering bikin jenuh: pakai baju rumah melulu dan mengerjakan rutinitas yang sama.
Nah, kemarin saya jalan dengan suami dan anak-anak ke Pakuwon Mall. It was like my second home back when I was still working. Seperti biasa, anak-anak kepingin beli jajanan. Karena sudah 2 tahun lebih tidak main ke sana, ya sudahlah kali ini kami memutuskan untuk main ke sana. Mumpung lagi libur Idul Fitri, kami pikir, mall-nya bakalan sepi seperti pengalaman saya di tahun-tahun sebelumnya. Eh, ternyata kami kena zonk! The mall was very crowded, apalagi semakin mendekati area restoran. Rasanya warga Surabaya Barat mengungsi ke mall untuk cari makan karena ditinggal Bibi masing-masing mudik!
Ini nih, kejadian deh downside-nya offline shopping bagi saya. First and foremost, saya tidak suka kerumunan dan berdesakan dengan orang lain. Ini memang pet peeve saya dari dulu, jauh sebelum ada pandemi dan larangan berkerumun. Kebetulan saya tipe orang yang punya personal space luas. So yeah, berdesakan sama strangers really invade my personal space and I get very uncomfortable. Kalau sudah begitu, mood berbelanja langsung meluap dan bawaannya kepingin pulang aja! Kedua, ya saya gerah tidak tahan sama panas dan keringatnya berdesakan! Meski di mall mewah, kalau sudah crowded ya tetap aja panas!
Sambil jalan mencari jajanan yang diinginkan anak-anak, saya melihat ada gerai Sociolla. One of my favorite skincare e-commerce! Saya pun mampir sebentar untuk melihat-lihat, kebetulan moisturizer saya juga sudah hampir habis. Ada kurang lebih 20 menitan saya putar-putar di sana and I ended up empty handed. The combination of crowd and vast array of products displayed membuat saya overwhelmed dan hilang selera berbelanja!
Online Shopping
Pemenuhan kebutuhan berbelanja semakin mudah dengan hadirnya aplikasi e-commerce. That I admit. Saya adalah pengguna setia Shopee, sedangkan suami main di Tokopedia. Rasanya, di luar kebutuhan groceries, jeans, dan sepatu, barang-barang lain kami beli secara online. Terkadang ada satu dua item grocery yang kami beli online juga. Enaknya belanja online adalah harganya yang sering kali lebih murah daripada offline. Selain itu saya bisa mengecek lebih dari satu toko sekaligus! Bedakan dengan offline yang sudah pasti terpaku di satu tempat yang sama. Mau pindah-pindah, butuh waktu dan tenaga. Berbelanja secara online juga memudahkan saya menjangkau/membeli brand-brand yang di toko offline belum tentu ada. Kemudahan lainnya yang saya sukai dari belanja online adalah adanya menu/navigasi pada aplikasi ataupun website e-commerce, sehingga lebih sistematis bagi saya untuk mencari barang yang diperlukan. Overwhelmed karena bingung lihat kiri-kanan akan banyaknya pilihan di toko tidak lagi terjadi.
Meski demikian, ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika berbelanja secara online. Saya selalu berusaha teliti untuk mengecek rating seller, berapa penjualannya dan feedback dari pembeli, serta deskripsi dari barang yang dijual. Kalau perlu chat dulu ke seller biar jelas infonya!
Adanya pandemi membuat saya sekeluarga lebih cenderung belanja secara online. Belanja sayur mingguan pun via online alias pesan sayur pakai Whatsapp, lalu paginya pesanan diantarkan. Setelah terbiasa seperti ini, ketika kami nge-mall, jadi lebih fokus dan tidak mudah kalap. Lebih sensible dalam memilih mana yang perlu dibeli dan yang tidak. I don’t know if it’s a good thing or not, pun sekarang saat nge-mall jadi kurang berselera lagi untuk masuk-masuk toko hehehe. Nevertheless, I still love malls! Sekarang nge-mall fokusnya lebih ke cari F&B atau mampir ke Periplus saja.
Once more, jika ditanya mana yang saya pilih: berbelanja secara offline atau online, I still choose them both. Mana yang saat itu dipilih, tergantung kebutuhan dan kondisi. To each their own!
0 Comments