Sejak Dza lulus dari TK (Juni 2020), setiap hari ia bersama saya di rumah. We decided to postpone her study in elementary school for a year.
Setiap hari, Dza belajar skill dasar bersama saya: calistung, bahasa Inggris serta diselingi dengan kegiatan kreativitas seperti menggambar, mewarnai, dan lain-lain. Fokus dari apa yang saya ajarkan adalah untuk mempersiapkan Dza sebelum resmi masuk di Sekolah Dasar pada Juli ini.
Saya ingin ada alternatif kegiatan untuk Dza, khususnya selama Ramadhan. Di samping itu, juga supaya saya bisa hemat tenaga, tak perlu terlalu pusing menyusun materi belajar Dza paling tidak selama sebulan. Energy saving selama Ramadhan gitu lhooo. Kalau selama ini belajar dengan saya waktu dan jadwalnya fleksibel, maka pikir saya, jika mengikuti Kelas Ramadhan, Dza akan membiasakan dirinya untuk belajar secara terjadwal seperti di sekolah. Biar Dza tidak lupa gimana rasa dan cara belajar di sekolah. Maklum, gap year!
Saya pernah ikut seminar online tentang parenting dari Bhumi Madania. Nah, suatu sore, di grup WA seminar tersebut ada sharing info seputar penyelenggaraan Kelas Ramadhan oleh Cendekiawan Cilik. Cendekiawan Cilik ini adalah kelompok belajar homeschooling anak usia dini. Bhumi Madania untuk pengayaan orang tua, sedangkan Cendekiawan Cilik untuk belajarnya si anak. Sebelum memutuskan untuk join the program, tentunya saya baca-baca dulu post Instagram Cendekiawan Cilik dan juga review dari para orang tua. Maklum, saya belum pernah join program beginian dan saya tidak mau salah mendaftarkan Dza ke program abal-abal yang menyesatkan.
Saya mengumpulkan informasi dari Instagram dan juga tanya langsung ke contact person Cendekiawan Cilik. Kegiatan yang dilakukan pada kelas Cendekiawan Cilik khususnya Kelas Ramadhan merupakan kegiatan untuk menstimuli kreativitas, critical thinking, serta melatih motorik anak sebagai persiapan untuk menempuh pendidikan formal di jenjang selanjutnya. Nah, karena judulnya Kelas Ramadhan serta Cendekiawan Cilik ini mengusung tagline Islamic Brain Based Learning, rangkaian kegiatan belajar anak nantinya akan dibalut dalam nuansa Islami. Jadi, sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui! Bisa mengasah kemampuan anak sekaligus mengenalkan anak dengan agamanya.
Setiap peserta yang mendaftar Kelas Ramadhan ini mendapat buku panduan berisi aktivitas pembelajaran dan bahan untuk digunakan setiap harinya, sesuai dengan jadwal. Desainnya lucu, dan ada logo bergambar bintang yang Dza sangat sukai, karena seperti arti namanya yaitu Bintang.
Nah, seperti apa sih isi dari Kelas Ramadhan ini? Yuk, simak ya!
Kelas Ramadhan Cendekiawan Cilik berlangsung selama 30 hari. Terdapat 2 kali sesi kelas Zoom online untuk anak belajar bersama. Nah, bagi orang tua, ada seminar parenting sekaligus sosialisasi metode pembelajaran sebelum program Kelas Ramadhan dimulai. Kebetulan saat seminar parenting ini diadakan saya sedang mengikuti webinar lain, jadi saya mengikuti seminarnya setelah selesai acara, melalui Youtube… itu juga sekilas saja sih karena keburu mengantuk! Hehehe. Meski demikian, tak perlu bingung karena di buku panduan sudah dijelaskan detail aktivitas anak per harinya.
Materi pelajaran di Kelas Ramadhan dibagi menjadi 5 Tema Mingguan sebagai berikut:
- Tema M1: Makanan yang Halal & Baik
- Tema M2: Aku Anak Muslim
- Tema M3; Masjid
- Tema M4: Al-Quran Kitabku
- Tema M5: Idul Fitri
Nah, di masing-masing tema mingguan ini, anak diajak untuk mengenali, memahami, dan mengimplementasikan sifat wajib Rasulullah yaitu: Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Caranya adalah melalui aktivitas-aktivitas harian sesuai dengan panduan di buku.
Tema minggu pertama adalah Makanan Halal & Baik. Nah, sifat Rasulullah yang dipelajari dan diimplementasi oleh Dza di minggu pertama ini adalah Shiddiq. Ada sebuah cerita pendek yang saya baca bersama-sama Dza pada hari pertama. Setelah bersama-sama membaca cerita, saya mengajak Dza berdiskusi. Apa yang dilakukan oleh si tokoh utama? Bagaimana menurut Dza, perbuatan yang dilakukan oleh tokoh utama tersebut? Jika perbuatannya salah, kenapa salah dan akibat dari perbuatan salah tersebut apa? Perbuatan atau sikap apa yang harusnya dilakukan oleh si tokoh utama?
Tujuan berdiskusi untuk melihat sejauh apa pemahaman Dza atas cerita yang dibaca bersama. Udah paham benar salahnya di mana, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ketika diskusi, saya mengajak Dza untuk menghubungkan kisah yang dibahas tadi dengan sifat Rasulullah yang pertama, yaitu Shiddiq. Saya ajak Dza untuk mengenal dalilnya melalui Surat At-Taubah 119 dan hadis HR. Bukhari. Setelah itu Dza saya ajak untuk menyebutkan perbuatan dan kegiatan Dza sehari-hari yang mencerminkan sifat Shiddiq tersebut, seperti: berani mengakui jika berbuat salah/merusakkan mainan, tidak berbohong meski hanya untuk bercanda, dan lain-lain.
Salah satu contoh dari penerapan karakter Shiddiq dalam aktivitas belajar bisa dilihat pada tugas pertama: mengenal waktu berpuasa dan berbuka. Tugasnya simpel saja: Dza diminta untuk menghubungkan garis antara gambar waktu pagi, siang, malam, subuh dengan gambar makanan / dilarang makan. Biarpun mudah, namun banyak yang bisa dipelajari dari sini. Pada aspek motorik, Dza belajar memegang alat tulis dan menarik garis. Pada aspek agama dan karakter, Dza belajar mengenai perintah berpuasa (Al-Baqarah 185) serta bagaimana sifat Shiddiq diterapkan dalam ibadah puasa. Di tugas selanjutnya, Dza diminta untuk menggunting gambar kurma dan menempatkannya di lembar kerja, sesuai jumlah yang diminta. Di sini Dza melatih motoriknya dengan menggunting dan menempel, melatih kemampuan berhitung dan ketelitiannya, juga memahami sunnah berbuka dengan kurma. Di sini Dza menunjukkan sikap Shiddiq: saat menggunting gambar kurma, ada 1 gambar kurma yang entah bagaimana hilang. Dza menceritakan hal itu pada saya sekaligus menemukan solusinya. Dibantu oleh Dil, Dza menggambar kurma baru lalu menggunting dan menempelkannya. Hehehe. Bolehlaaah!…
Di minggu kedua, sifat wajib yang dipelajari adalah Amanah. Naaah ini yang paling saya suka karena implementasinya sudah jelas di depan mata. Setiap hari, Dza, juga Day dan Dil memiliki household chores yang harus diselesaikan. Household chores tersebut adalah amanah yang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh agar memperoleh hasil yang baik. Memasuki minggu ketiga, Dza mempelajari sifat wajib Fathonah. Untuk digunakan anak-anak dalam kehidupannya, Fathonah dimaknai sebagai cerdas dan kreatif. Kebetulan Dza hobi utak-atik. Pakai kertas seadanya, lalu buat diorama kecil-kecil dan direkatkan dengan lem, buat sayap bohongan pakai double tape dan ditempelkan di punggungnya, buat anting dari manik-manik lalu direkatkan menggunakan double tape di telinga Dza… karena lubang tindik Dza sudah lama buntu! Hehehe. Dza memahami bahwa tanpa disadari, Dza sudah bersikap cerdas dan kreatif untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada minggu keempat, Dza mempelajari sifat wajib Tabligh. Tabligh dimaknai sebagai bertutur kata dan menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik. Saat berdiskusi, Dza memahami penerapan sifat Tabligh di keseharian yaitu: memberitahu dengan kalimat dan nada bicara yang baik jika ada saudara berbuat kesalahan/tidak tahu akan sesuatu. Day seringkali lupa menutup gelas seusai minum. Sebagai adik, Dza boleh mengingatkan Day namun dengan kalimat yang sopan, karena bagaimanapun juga Day adalah kakak Dza yang lebih tua.
Materi belajar setiap harinya pun beragam, berkorelasi dengan tema mingguan serta sifat wajib yang dibahas. Selalu ada unsur kreativitas di setiap aktivitas yang dikerjakan sehingga Dza tidak bosan. Malah Dza selalu semangat. Seusai sholat Subuh, Dza bersama Day dan Dil mengisi jurnal diary Ramadhan mereka. Dza, dibandingkan kedua kakaknya hampir tidak pernah tidur seusai Subuh. Apalagi setelah Dza membaca hadist di buku hadist untuk anak-anak yang saya berikan sebagai bekal bacaan Ramadhan. Makin ada alasan buat tidak tidur seusai Subuh. Ajaibnya, bukan mengantuk malah Dza tambah bersemangat!
“Mami ayo Cendekiawan Cilik!”“Mami ayo kita sekolah Ramadhan!”
Begitu ajakan Dza hampir setiap harinya. Karena materi belajarnya berbau kreativitas semua, melibatkan pensil warna, spidol, menggunting, dan menempel, Dza pun makin senang. Often times, I felt like I run a school. Dua anak cowok sekolah online, lalu Dza belajar bersama saya. Gelar karpet dan segala perlengkapan belajar di ruang kerja! Dza dan saya membaca bersama-sama materi belajar yang akan dipelajari hari itu, serta landasan dalilnya seperti apa. Contohnya, belajar menggolongkan makanan halal dan haram. Saya ajak Dza membuka Al-Quran dan meminta Dza untuk membaca sendiri ayat yang menjadi landasan. Praktiknya, ada 2 baskom, 1 baskom berlabel halal sedangkan baskom satunya berlabel haram. Ada sebuah lembar kerja bergambar aneka makanan halal dan haram yang harus Dza gunting dan rekatkan pada bola-bola kecil. Setelah itu, Dza melemparkan bola-bola kecil tersebut ke baskom sesuai dengan jenisnya, halal atau haram. Berikutnya, Dza mencari logo halal pada kemasan makanan dan minuman yang ada di rumah, mulai dari kemasan susu, keju, bumbu masak, dan lain-lain. Dza belajar bahwa jika akan membeli atau mengkonsumsi sesuatu, Dza harus memastikan barang yang akan dikonsumsi atau dibeli tersebut halal. Salah satu caranya adalah dengan melihat logo halal pada kemasannya.
Kegiatan-kegiatan Dza lainnya yaitu membuat sate takjil buah, menjahit sajadah mini, membuat bath bomb, membuat ronce bacaan dzikir menggunakan benang dan kertas warna-warni, menjemur pakaian anak laki-laki dan perempuan (belajar tentang aurat dan pakaian muslim), membuat miniatur Ka’bah, tadabbur surat Al-Fil (menggunting burung Ababil lalu dirangkai bersama Ka’Bah mini), dan lain-lain.
Masih serangkaian dengan aktivitas miniatur Ka’bah dan menjahit sajadah mini, ada juga kegiatan membuat kirigami muslim. Jadi, Dza belajar mengenai keutamaan sholat berjamaah dan bagaimana cara mengatur shaf sholat berjamaah. Praktiknya, Dza membuat kirigami berupa jamaah laki-laki dan perempuan. Kirigami ini lalu ditata di atas sajadah mini, pura-puranya mereka sedang sholat berjamaah!
Dza juga mengikuti 2 sesi Zoom class yang diadakan. Sesi pertama adalah praktek membuat mobil magnet. Dza mewarnai lembar kerja berbentuk mobil, menggunting, serta merangkai gambar tersebut sehingga menjadi bentuk mobil. Bagian depan mobil diberi paper clip, lalu sebatang stik es krim ditempel dengan magnet. Gaya tarik antara magnet dengan paper clip lah yang lalu menggerakkan mobil ke depan. Seru! Dza senang, karena akhirnya punya mobil prakaryanya sendiri. Sebelumnya, Dza hanya berkesempatan menonton saat kedua kakaknya praktikum di pelajaran sekolahnya.
Sesi Zoom yang kedua berupa dongeng. Hmmm… jujur saya juga agak lupa nama pembicaranya siapa. Materi dongeng yang dibawakan adalah seputar ibadah puasa. Sayangnya, Dza kurang tertarik dengan sesi dongeng ini. Masukan dari saya sih, mungkin lebih baik saat sesi mendongeng, dibawakan juga alat peraga yang secara visual menarik agar anak dapat engage dan tidak bosan. Ini saya compare berdasarkan pengalaman. Dza pernah nimbrung sesi dongeng juga di sekolah kakak-kakaknya. Saat itu dongeng bertema maggot, yaitu mengenalkan anak kepada larva yang membantu proses daur ulang sampah organik. Pemateri dongengnya membawa boneka maggot yang lucu sehingga anak-anak hooked on dan betah nonton hingga sesi selesai. Bisa jadi juga, Dza kurang betah karena Dza sudah terbiasa membaca buku yang ceritanya lebih kompleks ketimbang dongeng yang diceritakan, sehingga dia merasa bosan.
Anyway, there were different fun activities everyday yang membuat Dza excited dan tidak cranky-cranky amat saat menjalankan ibadah puasa hingga Maghrib. Iya, Dza puasa sampai Maghrib. OOT sedikit ya, tips handal saya menghadapi anak kecil yang baru tahun kedua puasa full hingga Maghrib adalah: tidur siang! Selama bulan puasa, jadwal tidur siang Dza saya majukan jadi jam 12.00an dan baru saya bangunkan later jam 16.30. Hehehe!
Memasuki minggu kelima, alias minggu terakhir sebelum Hari Raya Idul Fitri, aktivitas-aktivitasnya pun berkutat seputar perayaan Idul Fitri. Ada membuat kue Lebaran (kebetulan anak-anak minta dibuatkan oatmeal choco cookies jadilah kami berempat bikin bareng!), silaturahmi virtual, membuat kartu lebaran, serta poster Idul Fitri.
Hal menarik lainnya adalah adanya poster checklist ibadah harian Ramadhan. Jenis ibadahnya pun beragam, selain sholat fardhu ada dzikir, bersedekah, mengaji, dan lain-lain. Dza bisa menempelkan stiker bintang (juga diberi dari Cendekiawan Cilik) di setiap jenis aktivitas harian yang sudah diselesaikannya.
Selama kelas Ramadhan ini berlangsung, untuk memudahkan monitoring dan komunikasi antara orang tua dengan penyelenggara Cendekiawan Cilik, dibentuk sebuah grup WA. Grup WA ini terdiri dari wali kelas dan para orang tua peserta. Setiap harinya, wali kelas akan memberikan informasi tugas apa yang harus dikerjakan, materi dan bahan yang digunakan, serta batas waktu pengumpulan tugasnya. Tugas dikumpulkan dengan cara mengirimkan foto karya ke grup WA tersebut.
The Review
Kelas Ramadhan ini cukup membantu untuk menjembatani Dza yang beralih dari home school/gap year ke anak kelas 1 SD. Setahun ini bersama saya Dza banyak fokus ke pelajaran calistung, meningkatkan minat dan pemahaman bacaan lewat buku cerita dan novel anak-anak (mulai dari berantem nangis-nangis hingga sekarang Dza selalu bawa buku kalo mau tidur… alhamdulillah!), sembari sesekali mengerjakan tugas kreativitas seperti menggambar, sand coloring, dan mewarnai bersama. Kegiatan Dza di malam hari berupa menghafal surat pendek dan mengaji. Di kelas Ramadhan Cendekiawan Cilik ini Dza belajar sisi yang lain, yaitu menguatkan motorik dan melatih kreativitas. Dza juga belajar ilmu agama untuk diterapkan sehari-hari, sedikit demi sedikit.
Kegiatan ini juga berfungsi sebagai simulasi Dza untuk belajar mengikuti “jadwal sekolah” dan tugas-tugasnya. Belajar dimulai sekitar pukul 09.00-10.00 dan biasa berlangsung sekitar 2 jam. Seusai belajar, Dza mendapat reward untuk menonton Nussa dan Rara, sembari saya menjelaskan nilai yang bisa dipetik dari episode yang ditonton.
Timing pelaksanaan kelas Ramadhan ini pun tepat, sekitar bulan April-Mei, di mana sesudah itu adalah waktu liburan Idul Fitri dan sekolah (untuk kedua kakak Dza) serta dilanjutkan dengan mulainya tahun ajaran baru pada Juli 2021 ini. Last but not the least, fungsi lain dari mengikutsertakan Dza di kelas Ramadhan ini adalah untuk membangkitkan semangat Dza dalam menghadapi fase baru pendidikannya yaitu sekolah dasar.
Joining this program helps in building her anticipation and excitement towards school!
0 Comments
Trackbacks/Pingbacks