PROLOG
Tadi pagi saya update status Whatsapp. A thing that I rarely do actually since I haven’t mastered the art of self-promoting. Jadi tadi saya update status tentang blog ini. Sebuah blog yang sudah saya miliki sejak 2009, third year of university. Sebuah blog yang awalnya adalah bagian dari digital media project namun saya tetap pertahankan karena I love words and writings, juga karena saya suka ngutak-atik website kecil punya saya ini: belajar sedikit-sedikit tentang widget, perkodingan, dan lain-lain. Biar nggak awam-awam banget lah. Di samping itu, buat saya menulis adalah salah satu cara to practice critical thinking and the art of explaining things elaborately. Menulis, and to the extend, nge-blog buat saya juga sebagai salah satu medium untuk menyalurkan kreativitas (selain menggambar, bikin kue, merakit miniatur diorama, mewarnai, menata ruang, dll). Di keluarga besar saya, I have cousins that do writing either as a job, hobby or side hustle. Ada yang ngeblog, ada yang suka nulis puisi.
Lalu ada yang me-reply status saya, menanyakan itu apa. Setelah saya jawab kalo yang saya upload di status adalah blog berisi tulisan saya (dan sudah saya punya sejak 2009, bukan karena menganggur di rumah), dijawabnya dengan, “Oh buat curhat.”
*tarik napas* *buang napas* *sabar*
Believe me, it wasn’t personal.
Let’s just say, saya bersyukur bisa diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalani apa yang sudah dan sedang saya lewati di hidup ini. Saya dilahirkan di keluarga besar yang punya banyak perbedaan tapi bisa tetap rukun dan saling menyayangi. Saya diberi kesempatan belajar sampai ke jenjang perkuliahan, berkesempatan bekerja di perusahaan besar dan diberi kesempatan untuk memiliki tanggung jawab lebih dan bereksplorasi, didengar pendapatnya oleh pimpinan yang jam terbang dan usianya jelas terlampau di atas saya. Saya bisa diberi kesempatan untuk bekerja di lini pekerjaan yang secara tidak langsung in line dengan ilmu yang saya pelajari di perkuliahan, yaitu Komunikasi. Saya diberi kesempatan untuk berbuat kesalahan dan dikelilingi oleh orang-orang yang peduli untuk membimbing saya. Di samping itu, saya bersyukur sepanjang saya menempuh pendidikan hingga bekerja, saya dipertemukan dengan manusia dengan beragam kepribadian dan latar belakang.
Sekarang, ketika saya sudah berumah tangga dan memiliki anak, kompilasi pengalaman tersebut InsyaAllah bisa saya gunakan sebagai “bekal” untuk mendidik anak-anak saya (meskipun tentunya along the way I still have to learn a lot). Mendidik mereka untuk tumbuh dan membentuk dirinya sebagai manusia yang berakhlak dan beradab sesuai tuntunan agama. Mendidik mereka agar menjadi manusia yang punya critical thinking serta daya pikir dan analisa mendalam, yang mampu hidup berdampingan dalam keberagaman, menghargai dan menghormati usaha, pemikiran, pengalaman hidup, dan orang lain yang berbeda dengan mereka.
Agar suatu hari nanti, my kids will not easily diminish other people’s effort, point of view, dreams, and motivation. Agar suatu hari nanti, mereka tidak dengan mudah meremehkan orang lain. Agar suatu hari nanti, jika mereka sudah bisa bertanggung jawab atas perilaku dan perkataan mereka sendiri, mereka tidak dengan mudahnya melontarkan kata-kata tanpa berpikir mendalam terlebih dahulu.
“Oh biasa perempuan.”
“Oh perempuan cantik nggak perlu pintar.”
“Oh, perempuan biasa banyak bicara.”
“Oh, jadi perempuan kok banyak maunya (idenya)… kok berani (mengungkapkan pendapat).”
“Oh, buat curhat.”
***
Long weekend!
Dulu saat masih ngantor, kalo ada tanggal merah berjejer atau terjepit rapi pasti saya tandain di kalender meja. Highlighted dan diberi tulisan “Anty cuti”. Lalu saya diketawain oleh Safii, asisten andalan dan terpercaya, “Sampeyan gaya tok Mbak, paling yo ujung-ujunge mlebu… sing gathering lah, showroom event lah..” Hehehe. Ya ‘kan namanya juga usaha meskipun banyak gagalnya. Setidaknya, kalender meja saya jadi nggak putih polos begitu aja ‘kaaan.
Being at home everyday doesn’t mean that long weekend excites me no more. Long weekend tuh rasanya menjadi lebih berharga! The kids don’t have online school, maka bebaslah saya dari chaperone duty and suami saya juga libur donggg… which means I can have him for myself 24 hours hahaha.
Melanjutkan sebuah niat sejak seminggu lalu, yaitu saya mau kembali menjadi lebih aktif lagi beraktivitas saat weekend, after months of barely doing anything. Minggu ini berhasil membawa pulang (minta hahaha) sebuah pot tanaman kupu-kupu dari rumah Bapak dan Ibu. Saya masih penasaran kenapa saya kok belum bisa nurun bakatnya Bapak mengurus tanaman. Nah, hari Minggunya saat saya lagi masak-masak di dapur, tiba-tiba dipanggil sama suami.
Jreng jreng jreeeeeng…
Tanaman Kemuning yang diberi Bapak beberapa bulan lalu akhirnya berbunga dan mewangiii! Di rumah ortu saya, Bapak punya beberapa pot Kemuning. Salah satunya digantung di sisi samping pagar dan selalu terkena matahari. Tanamannya mudah berbunga, bunganya banyak dan wangi. Maintenance-nya pun nggak susah, hanya diberi pupuk NPK dua minggu sekali lalu selebihnya disirami air secukupnya. Beberapa bulan lalu Bapak memberi beberapa biji Kemuning. My husband and I, plus our kids have our own pots and planted the seeds. Sampai dua mingguan bijinya nggak ada yang tumbuh. Ini gagal, atau gimana yaaa? Lapor sama Bapak, jawab Bapak, “Sabar…” *tambah senewen*
Suatu saat, saya membawa sebuah pot Kemuning yang sudah tumbuh di rumah Bapak, ke rumah saya. Ada sebulanan pot itu saya bawa ke rumah tapi belum berbunga juga and eventually, hari Minggu kemarin Kemuning itu berbunga, yay! Akhirnya ada tanamanku yang bisa ngembang hahaha!
Naaah berhubung long weekend kemarin adalah karena Imlek, jadi I cooked something oriental: tumis kacang panjang yang aromanya seperti tumisan buncis XO atau Quali and off course the all time favorite: Ayam Kanton! Yup, ayam kantonnya bikin anak-anak makan dengan lahap. They can’t pronounce the food name correctly but they know what it is when they see it. Senengnya, anak-anak juga lahap makan tumisan sayur. Hohoho. Tau sendiri ‘kan anak-anak kalo diberi sayur, sebelum mangap pasti ngomel dulu. Hahaha.
Minggu kemarin adalah bread week. Alias saya lagi gemes kepingin bikin roti terus. Dalam seminggu kemarin saya bikin choco-cheese loaf dua kali dan pas weekend kemarin saya bikin the savory version: garlic and cheese loaf. I always love the smell of my kitchen after baking!
Ada cukup waktu buat saya untuk bersantai, nggak berusaha keep up sama jadwal dan target urusan household serta PR anak-anak. I got to blog, read, watch films with my husband and mindlessly browsing on marketplace. It was an enjoyable laid back long weekend with the family.
How about yours?
0 Comments