“Di Assignment kamu nggak ada kok. Kan kemarin udah dicek semua.”
“Lho tapi temen-temenku buat semua. Ini disuruh bacain sekarang.”
“Yah mungkin Bunda kasih taunya sambil video call, terus kamu nggak dengerin.”
“Trus gimana dong??” *mulai panik dan merengek*
“Ya sudah kamu buat aja, nggak usah panjang-panjang. Dua bait, satu bait isi 4 baris.”
“Tentang apa?” *nada merengek*
“Buat aja yang gampang, hari Minggu bersama keluarga,” jawab saya, enggak konsen karena kompor masih nyala di dapur tapi saya tinggal.
A few moments later *Voice over a la Spongebob*
Dengan wajah berseri-seri Day manggil-manggil, “Mami siniii.. liat puisiku!”
Sebuah puisi tentang cita-cita menjadi programmer, yang surprisingly ada korelasi dengan assignment Day beberapa bulan lalu yaitu membuat ilustrasi tentang profesi yang disukai. Day mulai bilang kalo dia bercita-cita ingin jadi programmer sekitar Maret lalu. Landasannya karena dia suka main game dan ingin membuat game-nya sendiri. Sempat beberapa lama saya bukain Scratch untuk cek ombak dan cobain dikit-dikit, karena Scratch adalah platform programming dengan interface kids friendly karena tujuannya adalah untuk mengenalkan anak pada dunia programming. Belum yang ribet-ribet pakai C++ dan kawan-kawannya. Hmmm.. jadi inget adik saya yang kuliah Teknik Informatika tapi sekarang jadi wiraswasta.
Tadinya agak nyesss sih begitu denger Day kepingin jadi programmer. Bayangan saya, anak sulung yang highly intellectual ini bakal mengikuti jejak Abi dan Ngkung-nya di Teknik Elektro. Hmmm.. tapi jaman sekarang satu orang bisa menguasai lebih dari satu bidang ‘kan? I guess it’s okay. Kata suami, Teknik Informatika dan Teknik Elektro adalah dua fakultas yang paling susah dimasukin di ITB. Hehehe… muncul secercah harapan bahwa Day bisa di-push semaksimal mungkin (sesuai kapasitas dia). Whatever he wants to be, he must be a high achiever (and learn management, and electrical engineering a bit pleaseeeeeee…).
0 Comments