Kisah Bobo si Harimau Kecil (Bobo the Baby Tiger)

by | Nov 15, 2020 | Journal, Kids | 0 comments

 

Gambar buatan Dil. Bobo si Harimau Kecil alias Bobo the Baby Tiger.

Di sebuah hutan belantara yang luas hiduplah seekor harimau kecil bernama Bobo. Tubuhnya gendut, dengan bulu yang tebal berwarna putih serta bergaris hitam. Bobo tinggal di hutan bersama kedua orang tua, kakak, dan adiknya. Bobo senang makan, berlari-lari, dan melompat. Meski ia adalah seekor harimau, tetapi makanan favorit Bobo adalah buah strawberry dan apel. Hampir setiap hari, saat kedua saudaranya sedang terlelap seusai makan siang, Bobo berlari mengelilingi pinggir sungai di hutan. Melompati akar-akar pohon yang menjulur dari tanah, ataupun ranting-ranting pohon yang berjatuhan. Bobo berguling-guling di tepian sungai sambil mengaum kecil.

Di sungai tersebut, terdapat seekor lumba-lumba merah muda bernama Lili. Auman kecil Bobo adalah ajakan untuk bermain bagi Lili. Tampak gelombang-gelombang kecil di permukaan air sungai, tanda Lili sedang berenang mendekat. Lili melompat dan masuk kembali ke air, membasahi Bobo. Lili tertawa kecil melihat Bobo basah kuyup.

“Lili buluku yang tebal jadi basah semua nih!” seru Bobo.

“Aku bercanda Bobo! Ayo kita bermain! Lemparkan ranting itu padaku,” jawab Lili.

Bobo dan Lili bermain melempar ranting. Bobo berdiri di pinggir sungai, sedangkan Lili berada di air. Meski berbeda, tetapi mereka selalu menemukan cara untuk bersenang-senang bersama.

“Bobo, ada yang mau aku ceritakan padamu,” Lili berkata.

“Ada apa Lili? Wajahmu nampak serius sekali.” ujar Bobo.

“Aku ingin mencari peti emas dan mutiara,” kata Lili. “Kau tahu ‘kan, peti emas dan mutiara yang ditenggelamkan di dasar sungai ini oleh para perompak pada jaman dahulu.”

“Hmmm.. Yaya aku pernah mendengarnya Lili. Tapi itu ‘kan hanya dongeng. Saat masih bayi, Ibuku selalu menceritakan kisah itu sebelum aku tidur,” jawab Bobo.

“Tidak Bobo, ini nyata. Tunggu ya,” jawab Lili sambil berenang menjauh.

Bobo menunggu dan tak lama Lili kembali. Ia membawa sebuah gulungan yang sudah lusuh dan sedikit sobek. Dilemparkannya benda itu kepada Bobo di tepi sungai. Hap! Bobo menangkap benda itu dan membukanya. “Peta harta karun! Di mana kamu menemukannya Lili?” tanya Bobo sambil terbelalak. “Aku menemukannya beberapa hari yang lalu saat aku sedang berenang sendirian. Aku mencoba mengikuti petunjuk di peta ini tetapi aku kesulitan. Coba perhatikan Bobo,” jawab Lili.

Bobo mengamati peta itu kemudian ia paham.

“Lili, kau kesulitan menemukan letak peta harta karun itu karena ada satu petunjuk yang tidak bisa kau ikuti. Lihat! Di sini digambarkan bahwa kau harus berenang dan menyelam mengikuti arah pantulan sinar matahari,” jelas Bobo.

“Ahh iya! Makanya aku kesulitan. Aku tidak bisa melihat pantulan sinar matahari dengan jelas. Selama ini aku hanya menggunakan kekuatan sonarku. Maukah kau membantuku Bobo?”

“Tentu saja aku mau membantumu Lili. Tetapi… untuk apa kau mencari peta harta karun itu? Kita ‘kan tak perlu emas dan mutiara. Di hutan ini, semua makanan yang kita butuhkan sudah disediakan oleh Tuhan. Emas dan mutiara ‘kan untuk manusia,” Bobo bertanya.

“Bobo, kau ingat Kakek Afonso ‘kan?” tanya Lili.

“Tentu saja! Aku bertemu dengannya setiap hari Minggu. Ia selalu mampir ke pinggir hutan untuk membawakanku strawberry dan apel! Kadang-kadang aku juga dibawakan pie yang lezat buatan Nenek Antonia!” seru Bobo.

“Ya Bobo, mereka baik sekali bukan? Mereka juga sering mengunjungiku di tepi sungai ini jika cuaca sedang cerah dan sejuk. Mereka suka melemparkan bola-bola kecil dan aku menangkapnya,” ujar Lili. Ia pun melanjutkan, “Suatu hari saat Kakek dan Nenek mengunjungiku, kulihat mereka tak seceria biasanya. Aku diam-diam menyelam untuk mendekati mereka… karena aku ingin mendengar pembicaraan mereka.”

“Hei… Lili kau tak boleh mencuri dengar pembicaraan orang tua,” kata Bobo.

“Iya Bobo aku tahu. Tapi aku penasaran sekali, apa yang membuat mereka begitu murung,” jawab Lili.

Lili pun melanjutkan ceritanya, “Ternyata Kakek Afonso dan Nenek Antonia sedih karena rumah mereka sudah mulai rusak. Atap-atapnya bocor, bahkan ada yang terbuka sehingga basah saat hujan turun. Bagian teras rumah mereka pun sempat roboh tertiup angin dan hujan deras. Aku ingin memberikan peti berisi harta karun itu kepada mereka agar mereka dapat menjualnya di kota. Agar uang penjualan emas dan mutiara tersebut bisa mereka pakai untuk memperbaiki rumah, mungkin juga untuk ditabung, Bobo.”

“Baiklah Lili. Aku pasti akan membantumu. Kasihan sekali Kakek dan Nenek… meski di tengah kesulitan, mereka selalu berbagi dan membantu kita. Sekarang saatnya kita membalas kebaikan Kakek dan Nenek,” jawab Bobo.

Bobo dan Lili berbagi tugas. Bobo membaca peta dan melihat arah pantulan sinar matahari. Lili berenang dan menyelam mengikuti petunjuk yang diberikan Bobo lewat auman-auman kecilnya. Pagi berganti siang, siang pun berganti sore.

Matahari mulai turun. Tanda senja akan datang. Lili dan Bobo sudah mulai kelelahan dan mereka khawatir kehabisan waktu. Jika hari sudah mulai gelap, maka matahari tak akan terlihat.

“Bobo, kita coba sekali lagi ya! Jika tidak berhasil, berarti kita harus melanjutkan pencarian kita besok,” ujar Lili terengah-engah karena kelelahan. Raut wajahnya tampak sedih. Lili khawatir bahwa peti harta karun itu benar dongeng belaka.

“Iya Lili. Aummm… ayo kita coba sekali lagi! Demi Kakek Afonso dan Nenek Antonia!” Bobo bangkit dan menyemangati Lili.

Lili pun kembali menyelam. Saat sedang berputar-putar di dasar sungai, tiba-tiba sonar Lili menangkap sesuatu. Ada benda berkilauan di ujung dasar sungai. Ujung dasar sungai yang sudah beberapa kali Lili lewati namun tidak Lili periksa karena tertutup oleh lumut-lumut dan bebatuan.

Lili pun menerobos lumut dan bebatuan tersebut. Lili melihat sebuah peti kayu yang ukurannya tidak terlalu besar dan tampak lusuh. Lumut-lumut menempel di luar peti tersebut.

“Jangan-jangan ini peti yang kucari-cari,” batin Lili.

Lili mendorong-dorong bagian atas peti dengan moncongnya agar terbuka. Ia melihat emas dan mutiara bertumpuk di dalam peti itu. “Peti harta karunnya ketemu!” batin Lili gembira.

Lili mendorong peti yang ternyata berat itu dengan moncongnya, lalu mengangkatnya sambil berenang ke permukaan.

Bobo melihat Lili muncul di permukaan sungai. Ia meloncat-loncat gembira sambil memberi semangat pada Lili, “Ayo Lili! Sedikit lagi Lili!”

Lili pun tiba di tepi sungai. Bobo menyambut Lili dan menarik peti harta karun ke pinggir sungai.

“Hebat kau Lili! Kau berhasil menemukan peti harta karun ini,” ujar Bobo.

“Aku senang sekali Bobo! Sekarang kita bisa membantu Kakek Afonso dan Nenek Antonia yang baik itu,” kata Lili.

***

Keesokan harinya, tibalah hari di mana Kakek Afonso dan Nenek Antonia berkunjung ke tepi sungai. Bobo tak sabar menunggu kedatangan mereka. Ia berlari dan berputar-putar di tepian sungai. Sesekali Bobo mengaum kecil, mencoba memanggil Kakek dan Nenek dengan suaranya, yang tentunya sudah mereka hafal.

Lili pun juga tak sabar. Ia menyelam dan melompat di sungai. Bobo kebasahan, namun kali ini ia tak peduli. Ia sangat bersemangat ingin memberikan hadiah peti harta karun kepada Kakek dan Nenek yang baik hati itu.

Dari kejauhan terdengar suara mobil. “Brumm brumm!! Kling kling!!”

Suara khas truk kecil milik Kakek dan Nenek. Truk kecil itu sudah mereka miliki puluhan tahun. Larinya tak secepat truk-truk kecil yang baru, dan mesinnya pun mulai bermasalah sehingga selalu terdengar bunyi Kling! Kling! saat truk kecil itu dikendarai.

“Halo anak-anakku!” seru Kakek Afonso dan Nenek Antonia bersamaan. Mereka berjalan pelan-pelang menuju ke tepian sungai.

“Kakek! Nenek! Lihat apa yang kami punya!” seru Bobo kegirangan.

Lili meloncat ke pinggir sungai. Kakek, Nenek, dan Bobo kebasahan.

“Ups! Maaf Kakek dan Nenek! Aku tidak bermaksud membasahi kalian! Tapi aku sungguh tak sabar!” seru Lili.

“Ada apa anak-anakku?” tanya Kakek sambil tertawa kecil melihat tingkah Bobo dan Lili.

“Kami berhasil menemukan peti harta karun perompak, Kek! Nek!” jawab Lili.

“Peti harta karun perompak… yang selama ini ada di dongeng pengantar tidur, nak?” tanya Nenek terkejut.

“Iya!” jawab Bobo dan Lili berbarengan. “Lihat!” Bobo berseru sambil menyingkirkan tumpukan daun-daun dan ranting-ranting.

Kakek dan Nenek terbelalak. Mereka tak bisa berkata apa-apa melihat apa yang ada di depan mereka. Sebuah peti harta karun berisi emas dan mutiara. Ternyata selama ini dongeng pengantar tidur itu bukan sekadar karangan untuk membuai imajinasi anak-anak sebelum terlelap.

“Kami berdua bekerja sama untuk menemukannya. Ini hadiah untuk Kakek dan Nenek yang sangat baik kepada kami, supaya Kakek dan Nenek bisa memperbaiki rumah dan tidak kebasahan lagi jika musim hujan tiba,” kata Lili.

Kakek dan Nenek begitu terharu. Tanpa terasa, air mata menetes dari kedua pipi mereka.

Kakek Afonso dan Nenek Antonia tidak menyangka, kedua hewan kecil yang selama ini mereka kunjungi dan ajak bermain, ternyata mengingat dan menghargai kebaikan-kebaikan kecil yang mereka lakukan.

“Kami sangat menyayangi Kakek Afonso dan Nenek Antonia. Seperti Kakek dan Nenek kami sendiri!” Bobo berseru sambil memeluk kaki Kakek dan Nenek.

Kakek dan Nenek bergantian memeluk Bobo, lalu mencium kepala Lili.

“Terima kasih anak-anakku, Kakek dan Nenek sungguh kagum dengan kebaikan hati kalian. Kakek akan segera membawa emas dan mutiara ini ke kota,” kata Kakek.

Nenek yang sedari tadi diam tiba-tiba berkata, “Oh dan jangan lupa anak-anakku… besok kita bertemu lagi di sini ya. Nenek akan membuatkan kalian pie buah yang lezat dan manis! Kita akan piknik bersama!”

“Hore! Piknik! Aku suka piknik! Aku suka pie buatan Nenek!” seru Bobo.

Lili bersorak gembira, “Asyiiik aku bisa bermain lempar bola dengan Kakek!”

Kakek dan Nenek berpelukan dengan penuh syukur. Bobo dan Lili tersenyum bahagia.

“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”- QS. Al-Baqarah 195.

Berbuatlah kebaikan kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja semaksimal yang kamu bisa, tanpa diminta. Tidak perlu menunggu jadi orang kaya dan tenar untuk berbuat kebaikan dan janganlah perhitungan dalam menolong. Allah mencatat niat dan perbuatan baik manusia, sekecil apapun itu.

 

Written by Anty

A CR Girl turned stay at home Mom of 3 kids. Missus Heroine is the place where I share my thoughts and journey adapting into my new roles as well as many other things. Here I am, in a journey of becoming the Heroine I want myself to be.

More From This Category

0 Comments

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Drop me your email and I'll slide into your inbox for updates!